Sebanyak 500 wirausaha baru diwisuda oleh Wali Kota Magelang dr. Muchamad Nur Aziz di GOR Samapta kompleks Gelora Sanden Kota Magelang, Selasa (18/7/2023).
Mereka terdiri dari wirausaha yang dilatih di Balai Latihan Kerja (BLK) Dinas Tenaga Kerja (Dinasker) sebanyak 225 orang, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) 107 orang, Dinas Pertanian 31 orang, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata 23 orang, DP4KB 14 orang dan masyarakat umum 100 orang.
Kepala Disnaker Kota Magelang, Wawan Setiadi menjelaskan, wisuda kali ini adalah angkatan ke-2 (Batch #2). Sebelumnya, pada Desember 2022 Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Magelang juga mewisuda 500 wirausaha baru.
Menurut Wawan, pelatihan kerja sampai wisuda tersebut merupakan upaya Pemkot Magelang dalam rangka menekan angka pengangguran terbuka di Kota Magelang. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat pengangguran terbuka di Kota Magelang mencapai 8,73 persen atau sekitar 4.600 orang pada tahun 2021.
Tahun 2022, tingkat pengangguran terbuka turun sekitar 2 persen menjadi 6,71 persen dari tahun 2021.
"Hal ini menjadi kebanggaan kita bersama, capaian tersebut menjadikan Kota Magelang sebagai salah satu dari 2 kota terbaik dengan kinerja penurunan pengangguran di Jawa Tengah," ungkap Wawan.
Dikatakan, pencapaian tersebut berkat kerja sama seluruh komponen di Kota Magelang, serta kebijakan-kebijakan Wali Kota Magelang, Wakil Wali Kota Magelang dan semua OPD yang gotong royong mengatasi pengangguran terbuka.
"Pelatihan-pelatihan kerja, baik yang diadakan di BLK Disnaker maupun OPD lainnya, ini merupakan kolaborasi dan sinergi antar-OPD, serta hasil Rodanya Mas Bagia. Pelatihan kerja ada karena usulan masyarakat di setiap RT," ujar Wawan.
Adapun jenis pelatihan meliputi menjahit, tata boga, perbengkelan, tata rias, barista, desain grafis, marketing online, pertukangan, service HP, barbershop dan lainnya.
Wali Kota Magelang dr. Muchamad Nur Aziz menyebutkan, Pemkot Magelang menargetkan terciptanya 1.500 wirausaha baru per tahun. Dia pun terus memberikan motivasi kepada warga Kota Magelang untuk pantang menyerah dalam berusaha.
"1.500 wirausaha per tahun itu sebetulnya belum memenuhi jika disebut kota yang maju. Kota Maju itu harus 10 persen jumlah penduduknya adalah pengusaha. Kita masih jauh, maka kita kejar, setidaknya 5-10 setiap RT harus jadi pengusaha," papar Dokter Aziz.
"Kalau betul itu terjadi Kota Magelang luar biasa. Pasti bisa. Karena Kota Magelang kota yang sejarah, mencetak orang-orang hebat. Jangan takut, jadi pengusaha itu memang salah satu hambatannya takut gagal. Tidak ada yang berhasil tanpa kegagalan terlebih dahulu," lanjutnya memberi motivasi.
Dokter Aziz mempersilakan para wisudawan/wati tersebut untuk meminjam modal ke lembaga perbankan miliki pemerintah daerah, yakni Bank Magelang dan Bank Jateng, dengan bunga rendah. Pinjaman modal tersebut dapat digunakan sebaik-baiknya untuk mengembangkan bisnis masing-masing.
Senada dikatakan Perwakilan Disnaker Provinsi Jateng, Candra Yuliawan, wirausaha baru harus mempunyai semangat pantang menyerah, cepat mengambil kesempatan, berjejaring dan jeli melihat peluang.
"Dengan demikian wirausaha baru tetap bisa eksis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman," katanya.
Dia menyebut, data sensus ekonomi tahun 2019 jumlah wirausaha di Indonesia mencapai 3,3 persen atau setara 8,2 juta orang. Artinya dengan terget jumlah wirausaha 3,95 persen wirausaha di 2024 maka dibutuhkan 1,5 juta penduduk yang usahanya menetap.
Untuk menjadi negara maju, jumlah pengusaha sebanyak 8 persen dari total populasi, dengan demikian saat ini masih terbuka peluang yang sangat besar bagi pelaku usaha, mengingat serapan pasar domestik di berbagai sektor dan potensi ekspor yang sangat besar.
"Oleh sebab itu, saya sangat mendukung salah satu visi dari Bapak Wali Kota Magelang dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan UMKM berbasis ekonomi kerakyatan melalui program Magelang Keren," ungkap Candra.
Sementara itu, salah satu wisudawati, Naomi menyampaikan rasa harunya karena akhirnya bisa wisuda setelah mengikuti pelatihan membatik khusus untuk penyandang disabilitas. Selama pelatihan warga Ngentak tersebut sempat merasa gagal karena tidak seperti peserta lainnya.
"Saya terharu, senang, nggak nyangka karena waktu saya ikut pelatihan saya merasa gagal, karena saya nggak sepintar mereka (peserta lainnya). Pesannya Pak Wali orang berhasil nggak pernah gagal, kalau mau tekun, disiplin, pasti bisa," tandas Naomi.
Sebelum menekuni kerajinan batik, Naomi membuka jasa pijat/terapi tradisional. Dia tidak akan meninggalkan profesinya itu sembari menekuni batik. Dia bersyukur kepada Tuhan dan kepada Pemkot Magelang karena telah diberi kesempatan untuk berkarya.
"Kami sebagai penyandang disabilitas merasa tersanjung dan bangun, bahwa kami bisa berkarya, membangun diri, berbuat untuk diri sendiri jadi tidak terlalu menjadi benalu/menggantungkan orang lain," ungkapnya.